06 November 2008

Small arms remain 'triggers' for Timorese violence despite control efforts: new report

ETLJB Editor Note: The following press release is in English, Indonesian, Portuguese and Tetum, as follows:

DILI, 6 November 2008 - In spite of recent efforts to collect and destroy them, military and civilian-style small arms continue to act as triggers for violence in Timorese communities, according to a new report released today. Small arms routinely find their way into civilian hands through leakage from state weapons stockpiles. They are often intentionally distributed via patronage networks, the report finds, yet routine weapons management measures have yet to be effectively implemented.

According to the report, a comparatively small number of small arms repeatedly enabled and exacerbated communal violence over the last decade, particularly in 1999 and again in 2006. Today, a modest number of modern and colonial-era weapons remain dispersed among a wide range of civilian groups, including gangs, martial arts groups, and veterans movements. In addition to manufactured firearms, craft-made arms (rakitans), ammunition, and grenades present significant challenges to stability.

In the wake of the February 2008 attack on the President and Prime Minister, the Timorese government has adopted a multi-pronged approach to controlling arms. It has applied physical pressure (Operation Halibur), voluntary measures such as arms collection (Operation Kilat), and pursued a new legislative framework. But security forces have yet to institute standardized weapons registration policies, regular auditing, or increased penalties for leakage and theft. Without such measures, the report finds, ‘the security sector will continue act as a potential conduit of arms from legal to illegal weapons holders.’

‘Dealing with the kilat’, published today by Austcare and the Small Arms Survey, reviews the role of small arms in recent Timorese history, finding that the availability of small arms—and the motivations for using them—have evolved over time. It reports that:

* The presence or rapid influx of small arms into Timorese society has triggered periodic but nevertheless widespread violence.

* Since the 1970s, and especially in the 1990s, weapons leakage from state stockpiles and the intentional arming of civilians by security forces have left a pool of weapons that are unlikely ever to be completely recovered.

* Although small arms and light weapons availability is not new, high levels of militarization in civilian society is a comparatively new phenomenon.

* The use of small arms has changed over time from repression and insurrection to household defence, gang-related predation, and for intimidation.

* New transfers of arms are comparatively rare, but existing public stockpiles and patronage-led diffusion constitutes the largest source of new weapons in the country.

The report is the first in a series of Issue Briefs from the Timor-Leste Armed Violence Assessment (TLAVA), an independent research project overseen by Austcare and the Geneva-based Small Arms Survey. Working with public and non-governmental partners, the project promotes research to prevent and reduce real and perceived armed violence in Timor-Leste. With support from a network of partners, the project will serve as a Dili-based repository of international and domestic data on violence trends. More Issue Briefs will be published in the coming months.

For more information, or for interviews with the author the report, contact Jay Maheswaren, Austcare, at +670 726 57 05 or director_tl@austcare.org.au or James Turton, at +61 (0) 404 114 712 or jturton@austcare.org.au.


James Turton
Program Manager – Mine Action and Small Arms
Ph: 61 2 9565 9107 Email: jturton@austcare.org.au







See also Commentary on the Draft Arms Law in Timor-Leste by Sarah Parker LLB (Hons)

Draft Arms Law (Unofficial English translation)


East Timor Law & Justice Bulletin urges you to support Austcare's work in East Timor. Click here to go to the Austcare web site for more information.

-----

Indonesian Version

Senjata api kecil tetap merupakan ‘pemicu’ kekerasan di Timor Leste walaupun ada upaya untuk mengendalikannya: laporan baru

DILI, 6 NOVEMBER — Menurut laporan baru yang dikeluarkan hari ini, walaupun ada upaya baru-baru ini untuk mengumpulkan dan menghancurkannya, senjata api kecil yang digunakan militer dan sipil tetap memicu kekerasan di komunitas-komunitas Timor Leste. Senjata api kecil sering dipindahkan ke tangan orang sipil akibat kebocoran dari gudang senjata milik negara. Laporan tersebut menemukan bahwa senjata api kecil seringkali dibagi secara sengaja oleh pembesar kepada jaringan pendukungnya, namun tindakan-tindakan efektif belum diterapkan untuk mengelola senjata secara teratur.

Menurut laporan, senjata api kecil dalam jumlah yang cukup terbatas secara berulang kali memungkinkan dan meningkatkan kekerasan komunal selama dasawarsa terakhir ini, khususnya pada 1999 dan sekali lagi pada 2006. Sekarang ini, sejumlah kecil senjata modern dan senjata dari periode penjajahan tetap tersebar antara berbagai macam kelompok sipil, termasuk gerombolan, kelompok bela diri, dan gerakan veteran. Selain daripada senjata api buatan pabrik, senjata rakitan, amunisi dan granat tetap menimbulkan tantangan signifikan terhadap stabilitas.

Setelah serangan terhadap Presiden dan Perdana Menteri terjadi pada Februari 2008, pemerintah Timor Leste mengadopsi pendekatan multi-fokus untuk mengendalikan senjata api. Pemerintah Timor Leste telah menggunakan tekanan politik, (Operasi Halibur), tindakan suka rela seperti pengumpulan senjata api (Operasi Kilat), dan merancang kerangka perundang-undangan yang baru. Namun aparat keamanan belum melembagakan kebijakan yang distandarisasi untuk pendaftaran senjata api, pemeriksaan berkala, atau peningkatan hukuman atas kebocoran atau pencurian senjata api. Laporan tersebut menemukan bahwa tanpa tindakan-tindakan ini ‘sektor keamanan akan tetap menjadi perantara yang dapat memungkinkan pemindahan senjata api dari pemilik sah kepada pemilik tidak sah.’

‘Menangani Kilat’, yang diterbitkan hari ini oleh Austcare dan Penelitian Senjata Api Kecil, meninjau peranan senjata api kecil dalam tahap terakhir dari sejarah Timor Leste, dan menemukan bahwa ketersediaan senjata api kecil – serta motivasi untuk penggunaannya – berevolusi dari waktu ke waktu. Dilaporkan bahwa:

* Keberadaan atau pemasukan senjata api kecil selama waktu singkat ke dalam masyarakat sipil telah memicu kekerasan yang hanya terjadi secara berkala tetapi pada skala meluas.

* Sejak tahun 1970-an, dan pada khususnya selama tahun 1990-an, kebocoran senjata api dari gudang milik negara serta pemberian senjata api kepada orang sipil secara sengaja oleh aparat keamanan, berarti ada sejumlah senjata apa yang kemungkinan besar tidak pernah akan dikumpulkan secara tuntas.

* Walaupun ketersediaan senjata api kecil dan ringan bukan suatu hal yang baru, militarisasi yang cukup tesebar dalam masyarakat sivil adalah fenomena yang cukup baru.

* Penggunaan senjata api kecil telah berubah dari waktu ke waktu, dari penindasan sampai pembelaan rumah tangga, penyerangan oleh gerombolan, dan untuk melakukan intimidasi.

* Jarang ada pemasukan senjata api, tetapi gudang senjata yang sudah ada dan pembagian oleh para pembesar merupakan sumber terbesar senjata baru di Timor Leste.

Ini merupakan laporan pertama dalam serangkaian Laporan Singkat dari Penilaian Kekerasan Bersenjata Timor-Leste (TLAVA), sebuah proyek penelitian yang diawasi oleh Austcare dan Penelitian Senjata Api Kecil yang berbasis di Jeneva. Proyek ini bekerja sama mitra publik dan non-pemerintah untuk mempromosikan penelitian untuk mencegah dan mengurangi kekerasan bersenjata yang nyata dan diduga terjadi di Timor-Leste. Dengan dukungan dari sejumlah mitra, proyek ini akan menjadi sumber data internasional dan domestik tentang kecenderungan kekerasan. Lebih banyak Laporan Singkat akan diterbitkan dalam beberapa bulan mendatang.

Untuk informasi lebih lanjut, atau wawancara dengan penulis, harap hubungi Jay Maheswaren, Austcare, di +670 726 57 05 atau director_tl@austcare.org.au atau James Turton, di +61 (0) 404 114 712 atau jturton@austcare.org.au.

-----

Portuguese Version

Apesar das tentativas para controlar a situação, as armas ligeiras continuam a ser ‘catalizadores’ da violência em Timor-Leste: novo relatório

DÍLI, 6 NOVEMBER — Apesar dos esforços recentes para recolher e destruir as armas ligeiras de tipo militar e civil , elas continuam a funcionar como catalizadores da violência nas comunidades timorenses, de acordo com um novo relatório divulgado hoje. As armas ligeiras continuam a ir parar regularmente às mãos de civis, em resultado de desvios dos paióis do Estado. Segundo o relatório, as armas são, com frequência, distribuídas de modo intencional através de redes de patrocínio hierárquico (patronage networks) e continuam por implementar eficazmente medidas de rotina de gestão do armamento.

De acordo com o relatório, um número relativamente pequeno de armas ligeiras estiveram por diversas vezes envolvidas, na última década, na eclosão e no exacerbar da violência no seio das comunidades, especialmente em 1999 e, de novo, em 2006. Actualmente, existe um número reduzido de armas modernas e do período colonial que permanecem dispersas entre uma diversidade de grupos civis, incluindo gangues, grupos de artes marciais e movimentos de veteranos. Para além das armas de fabrico industrial, as armas de fabrico tradicional (rakitans), as munições e granadas representam desafios significativos à estabilidade.

Na sequência dos ataques contra o Presidente e o Primeiro Ministro, ocorridos em Fevereiro de 2008, o Governo timorense adoptou uma abordagem em diversas frentes para controlar o armamento no país. As autoridades exerceram pressão física (Operação Halibur), anunciaram iniciativas voluntárias tais como uma campanha de recolha de armas (Operação Kilat) e começaram a trabalhar sobre um novo quadro legal. Contudo, é necessário que as forças de segurança instituam políticas padronizadas de registo de armas, realizem auditorias regulares aos seus paióis e agravem as sanções relacionadas com o desvio e furto de armamento. Sem a adopção de tais medidas, conclui o relatório, ‘o sector continua[rá] a funcionar como uma via potencial de transferência de armas de situações de posse legal para situações de posse ilícita’.

‘Lidar com as kilat’, publicado hoje pela Austcare e pelo Small Arms Survey, analisa o papel das armas ligeiras na história recente de Timor-Leste, concluindo que a disponibilidade de armas ligeiras —e as motivações para o recurso às mesmas—têm evoluído ao longo do tempo. O relatório afirma, nomeadamente, que:

* A presença ou afluxo rápido de armas ligeiras à sociedade timorense deu origem a erupções periódicas, mas ainda assim generalizadas, de violência.

* Desde a década de 1970, e especialmente durante a década de 1990, o desvio de armas dos paióis do Estado e o armamento deliberado de civis pelas forças de segurança criaram uma massa de armas que é improvável virem alguma vez a ser recuperadas na sua totalidade.

* Embora a disponibilidade de armas ligeiras e de pequeno calibre não constitua uma novidade, os níveis elevados de militarização da sociedade civil representam um fenómeno relativamente novo.

* O uso dado às armas ligeiras alterou-se ao longo do tempo – de um papel repressivo e insurreccional à sua utilização na defesa das próprias famílias, em actividades predatórias de gangues de jovens e para intimidação.

* As novas transferências de armas são relativamente raras, mas a existência de depósitos públicos de armas e a difusão patrocinada por superiores hierárquicos (patronage-led diffusion) constituem a maior fonte de novas armas no país.

O Projecto de Avaliação da Violência Armada em Timor-Leste (Timor-Leste Armed Violence Assessment , TLAVA) é um projecto de investigação independente com supervisão da Austcare e do Small Arms Survey, sedeado em Genebra. Trabalhando com parceiros públicos e não-governamentais, o projecto promove a investigação para evitar e reduzir a violência armada real e pressentida em Timor-Leste. Com o apoio de uma rede de parceiros, o projecto servirá de repositório de dados internacionais e nacionais sobre violência e suas tendências. Nos próximos meses serão publicadas mais Notas Informativas.

Para mais informações, ou para entrevistas com o autor do relatório, contactar Jay Maheswaren, Austcare, +670 726 57 05 ou director_tl@austcare.org.au ou James Turton, +61 (0) 404 114 712 or jturton@austcare.org.au.

-----

Tetum Version

Kilat ki’ik sira kontinua sai ‘kauza imediata’ ba violénsia Timor-Leste nian maski iha ona esforsu sira atu kontrola kilat: relatóriu foun fó sai


Dili, 6 NOVEMBER—Haktuir ba relatóriu foun ida-ne’ebé fó sai ohin katak, maski iha esforsu sira foin lalais ne’e nian atu rekolla no harahun kilat sira, kilat ki’ik sira ho estilu sivil no militár nian kontinua sai hanesan kauza imediata ba violénsia iha komunidade sira Timor-Leste nian. Kilat ki’ik sira, dalabarak mosu iha sivil sira-nia liman liuhosi dezviu subar hosi paiól kilat sira estadu nian. Relatóriu ne’e revela katak, kilat sira ne’e, dalabarak intensionalmente, fahe liuhosi rede servisu sira ho protesaun ema boot nian, maibé medida sira jestaun kilat nian seidauk implementa efetivamente.

Haktuir ba relatóriu ne’e, kuantidade kilat ki’ik sira nian ne’ebé, komparativamente, oituan, bele halo no agrava beibeik violénsia komunál iha dekade liubá, partikularmente iha tinan 1999 no dala ida tan iha tinan 2006. Oras ne’e, númeru kilat sira hosi era koloniál no modernu nian ne’ebé ladún barak, kontinua sai namkari entre grupu sivil lubuk ida, inklui gang sira, grupu arte marsiál sira, no movimentu sira veteranu nian. Aleinde kilat sira ne’ebé halo iha fábrika, kilat ‘rakitan’ sira, kilat musan, no granada sira ne’e aprezenta dezafiu sira-ne’ebé signifikante ba estabilidade.

Hafoin tiha atake fulan-Fevereiru tinan 2008 ba Prezidente no Primeiru Ministru, governu Timor-Leste adota tiha ona aprosimasaun oinoin atu kontrola kilat sira. Governu aplika tiha ona presaun fízika (Operasaun Halibur), medida sira-ne’ebé voluntáriu, porezemplu hanesan rekolla kilat (Operasaun Kilat), no hala’o liuhosi enkuadramentu lejislativu nian ida-ne’ebé foun. Maibé, forsa sira seguransa nian seidauk institui polítika rejistu kilat nian ne’ebé estandarizadu, auditoria regulár, ka penalidade sira ne’ebé aumenta ba dezviu subar no na’ok kilat. Sein iha medida sira hanesan ne’e, relatóriu ne’e revela kata, “setór seguransa sei kontinua atu atua nu’udar kanalizasaun ida-ne’ebé potensiál ba kilat nian hosi portadór sira kilat nian ne’ebé legál ba portadór sira kilat nian ne’ebé ilegál.”

“Lida ho kilat, ne’ebé publika ohin hosi Austcare no Inkéritu kona-ba Kilat Ki’ik, ezamina kona-ba knaar kilat ki’ik sira nian iha istória resente Timor-Leste nian, haree katak disponibilidade kilat ki’ik sira—no motivasaun sira atu uza kilat ki’ik sira ne’e—evolve tiha ona iha tempu barak nia laran. Relatóriu ne’e relata katak:

* Prezensa ka influksu kilat ki’ik sira nian ne’ebé lalais mai Timor-Leste hamosu tiha ona kauza imediata ba violénsia ne’ebé periódiku, maibé espalladu.

* Dezde tinan 1970 nia laran, no espesialmente iha tinan 1990 nia laran, dezviu subar kilat sira hosi paiól sira estadu nian no entrega kilat ho intensaun ba sivil sira hosi forsa seguransa sira, hamosu tiha ona kuantidade kilat sira nian ne’ebé, posivelmente, nunka atu hetan filafali.

* Maski disponibilidade kilat ki’ik no kilat ho kalibre ki’ik sira nian ne’e la’ós buat foun, nivel militarizasaun ne’ebé aas iha sosiedade sivil sai nu’udar fenómenu ida ne’ebé, komparativamente, foun.

* Uzu kilat ki’ik sira ne’e muda tiha ona iha tempu barak nia laran hosi represaun ba iha insuresaun defeza uma kain, predasaun ne’ebé relasiona ho gang, no atu hamosu intimidasaun.

* Transferénsia kilat sira ne’ebé foun ne’e, komparativamente, sai raru, maibé paiól públiku sira ne’ebé oras ne’e iha, no difuzaun ne’ebé diriji hosi protesaun ema boot nian, konstitui fonte ne’ebé boot liuhotu ba kilat foun sira iha rai laran.

Relatóriu ne’e sai nu’udar seriál ida ba dahuluk hosi Nota-Informasaun sira ne’ebé fó sai hosi Avaliasaun ba Violénsia Armada Timor-Leste nian (TLAVA), nu’udar projetu peskiza independente nian ida maka superviziona hosi Austcare no Inkéritu kona-ba Kilat Ki’ik sira, ne’ebé bazeia iha Jenebra. Bainhira servisu ho parseiru públiku no non-govermentál nian sira, projetu ne’e promove peskiza hodi prevene no hamenus violénsia armada ne’ebé reál no mós tuir ema nia persesaun iha Timor-Leste. Ho apoiu hosi rede servisu parseiru sira nian ida, projetu ne’e sai sai nu’udar sentru ida-ne’ebé bazeia iha Dili atu rai no fahe dadus internasionál no nasionál kona-ba tendénsia sira violénsia nian. Nota Informasaun sira barak liután sei publika iha fulan hirak tuirmai.

Atu hetan informasaun liután, ka atu hala’o entrevista ho autór relatóriu ne’e nian, kontakta Jay Maheswaren, Austcare, iha telefone: +670 726 5705 ka director_tl@austcare.org.au ka James Turton, iha telefone: +61 (0) 404 114 712 ka jturton@austcare.org.au

1 comment:

Anonymous said...

HI,my name is nelson kua. My comment to timor leste is to have the law of death penalty for the serious criminal [ like malaysia and singapore] and to have the national service to the young children from age 18 to 21.
To build the wall between the indonesia and timor leste to prevent the smuggling[criminal] by the national service amry.
Trade/rent the land to public and oversea investor for 30-60 years.
to be contiune...